Ads 468x60px

Kamis, 09 Juni 2011

Nafas Cinta NKRI Kumulai dari Tulisan ini

Bismillahirrohmaanirrohiim
Morotai
Indonesia negeriku, negeri kepulauan yang jumlahnya secara administratif bisa saja berbeda dengan jumlahnya secara de facto. Lebih dari seribu pulau ada di negeri ini. Mungkin kurang dari sepersepuluhnhya saja yang kita kenali. “Saudara sebangsa dan setanah air” kalimat sapa sakti yang memendam makna nasionalis. Dalam kalimat tersebut, secara tidak langsung kita juga menyampaikan sapa dan salam ke saudara-saudara kita di tempat yang tidak kita kenal, tapi
mereka berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sejauh mana kita peduli pada saudara-saudara kita yang tempatnya saja belum pernah kita dengar namanya? Pertanyaan yang menuntut jawaban dari hati para nasionalis yang merasa satu dengan siapapun yang ada di negeri ini... ya kita tetap harus peduli dan harus membuktikannya.
Belajar dari sipadan dan ligitan, dua pulau yang luput dari perhatian kita, dari kepedulian kita, hingga saudara-saudara kita di sana mungkin sudah tak merasa bagian dari negeri ini. Hanya melihat kita yang ada di sekitar ibu kota melalui layar kaca sedang berselisih paham, meributkan uang dan jabatan. Sedikit sekali memikirkan keberadaan mereka. Atau mungkin mereka sama sekali tidak tahu kondisi ibu kota, karena mereka lebih dekat dengan negera tetangga, lebih mudah mendapatkan bantuan dan informasi dari negara lain. Berapa banyak sipadan dan ligitan lagi yang ada di gugus nusantara ini. Berapa banyak pulau yang luput dari perhatian dan kepedulian kita, hingga negara tetangga yang harus merawatnya.
Terlepas dari banyaknya “pulau pembatas” yang luput dari kepedulian dan perhatian kita, kesatuan negeri ini juga diuji dengan maraknya penjualan pulau-pulau kecil nan indah di dunia maya. Adalah Makaroni, Siloinak, dan Kandui, tiga pulau di bentangan kep. Mentawai yang “meniup” telinga kita. Profil pulau-pulau tersebut tersebar di internet lengkap dengan harga dan kelebihan-kelebihannya (DetikInet, 26 Agustus 2009). Itu yang penjualannya bisa dianggap terang-terangan, bagaimana yang dijual secara diam-diam? Berapa banyak yang belum kita ketahui. Mungkinkah ada peranan oknum pegawai pemerintah di balik semua ini? Lagi-lagi pernyataan “NKRI adalah harga mati!” diuji. Ayo,,, BUKTIKAN!
Melirik ke wilayah utara negeri ini, ada suatu pulau di gugusan Halmahera kepulauan Maluku. Morotai, salah satu titik paling utara di negeri ini. Suatu pulau yang menjadi salah satu bukti kejayaan sultan Ternate. Inti dari kawasan besar Moro. Dengan nilai historis, sumber daya alam dan kebudayaan yang tinggi, siapapun yang mengetahuinya akan menganggap bahwa pulau ini sangat berarti bagi NKRI. Namun, berapa dari kita yang mengenalnya? Lalu berapa yang peduli pada keberadaannya kini? Dahulu Morotai pernah menjadi basis Portugis sebelum akhirnya diusir oleh kesultanan Ternate (abad 15-16). Menjadi lapangan terbang jepang pada perang dunia II. Landasan Perang Amerika dalam penyerangan tentara sekutu ke Filipina (1944). Merupakan titik strategis yang menghubungkan Nusantara dengan Samudra Pasifik.
Adakah jaminan bahwa Morotai akan terus menjadi bagian NKRI? Sadarkah kita akan arti keberadaannya? Apakah saudara-saudara kita di Morotai telah merasakan kepedulian kita. Pemerintah telah berupaya menunjukkan bahwa Morotai adalah bagian dari NKRI. Pada tahu 2008, RI mengeluarkan undang-undang no. 53 yang menyatakan Morotai sebagai sebuah kabupaten di Propinsi Maluku utara.
Suatu upaya membuktikan kepedulian terhadap NKRI, Universitas Indonesia menyelenggarakan K2N ke 12 titik terluar negeri ini. Salah satunya adalah Morotai. Dengan niat mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, UI menunjukkan kepeduliannya terhadap saudara NKRI. UI berupaya merealisasikan kalimat “NKRI Harga Mati!”. Tidak hanya UI, upaya pembuktian tersebut harus dilakukan oleh siapapun di NKRI dengan berbagai cara. Dengan program-program yang dapat bermanfaat bagi saudara-saudara kita di Morotai.
Kita tidak ingin bagian sejarah Ternate hilang, kita tidak ingin gerbang pasifik diambil negara lain, kita juga tidak ingin NKRI menjadi harga yang bisa ditawar. Harus ada yang bergerak nyata, harus ada yang mau berupaya, harus ada yang mau tunjukkan kepedulian. Anak UI akan bergerak, anak UI akan berupaya, anak UI akan menunjukkan kepedulian. Bersama menjaga sejarah Ternate, bersama menatap gerbang pasifik di Nusantara, bersama menjaga keutuhan NKRI dalam Kuliah Kerja Nyata 2010 di Morotai.
==========================================================================
hehe, esay ini dibuat awalnya pengen ikut K2N di Morotai, tapi ternyata tempat tujuannya diundi, sayang dan memang menumbuhkan rasa sayang, saya dapat tempat di Pulau Rote Kab. Rote Ndao, di Titik Selatan Negeri ini. Jatuh Cinta pada negeri inipun dimulai.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

lagi browsing morotai malah ketemu blog lo bhe, haha.. ternyata lo juga nulis essay tentang morotai ya? cek my essay, too :)

http://yashiyashi.wordpress.com/2011/03/23/pulau-morotai-potensi-sumber-daya-alam-dan-wisata-sejarah-yang-terabaikan/

Posting Komentar